Kuda lumping ialah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau bahan lainnya dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang, sehingga pada masyarakat jawa sering disebut sebagai jaran kepang. Konon, tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reog abad ke 11. Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan. Dilansir dari Wikipedia.
Di Desa Gunung Ulin sendiri terdapat kesenian Kuda Lumping atau Jaranan yang bernama "NGESTI BUDOYO" yang sudah ada sejak dulu, dan masih dilestarikan sampai dengan saat ini biasanya dimainkan saat kegiatan acara Perkawinan, Khitanan, bulan suro dan Hari Besar lainnya. seperti halnya hari ini Sabtu tanggal 13 Agustus 2022 Jaranan Ngesti Budoyo bermain dalam rangka memperingati Bulan Suro dan bertepatan dengan HUT RI Yang ke-77 Th.
Ketua BPD Gunung Ulin ibu Sukimah,S.Pd, mengatakan kegiatan jaranan harus dilestarikan dan kalau bisa dimainkan setiap tahunnya, Jaranan sangat menarik perhatian dari berbagai kalangan dan sebagai upaya melestarikan Budaya Kesenian itu sendiri.
Kesenian tari kuda lumping yang sebagaimana kita dapat ketahui memiliki keunikan dalam pertunjukan dan permainannya yang mengandung magis dan sifat mistis inilah yang menyebabkan kesenian tarian kuda lumping masih kita uri-uri kebudayaannya di masyarakat. Akan tetapi, tidak banyak yang masih melestarikan kebudayaan ini karena karena mereka atau generasi muda sekarang ini tidak lagi tertarik dengan kebudayaan atau tradisi tradisional warisan nenek moyang kita pada jaman dahulu. Mereka cenderung tertarik akan Permainan Gadget dsb.
Maka dari itu salah satu upaya dalam melestarikan budaya itu sendiri adalah dengan mengenalkan budaya tersebut kepada mereka salah satu caranya yaitu mengajak anak-anak akan cinta selalu dengan budayanya di tengah gempuran moderenisasi dan mengajak mereka untuk bergabung dalam latihan. Tak hanya melestarikan budaya saja, kegiatan ini ditargetkan mampu memberi kontribusi nyata dalam perkembangan Kesenian di Desa Gunung Ulin. (RAW)